Pages

Sabtu, 20 Agustus 2011

SISTEM KOLOID


MAKALAH SISTEM KOLOID
 D
I
S
U
S
U
N
OLEH
KELOMPOK 3
KELAS XI IPA2
SMA NEGERI 3 TAKALAR
2010/2011





NAMA ANGGOTA KELOMPOK 3
KELAS XI IPA2
NO
NIS
NAMA
KETERANGAN
1
9952269695
SUHARDIMAN
AKTIF
2
9946033861
ICHSAN ANNAS
AKTIF
3
095723
VENNY DWI CAHYANI
AKTIF
4
9941004997
RESKY SOFYAN
AKTIF
5
9942201208
AYU SYAHRIR
AKTIF
6
9941005632
INDRI ANGGRAENI
AKTIF
7
9952346750
NUR RAHMA
AKTIF


SMA NEGERI 3 TAKALAR
2010/2011



KATA PENGANTAR
                                                                                       
            Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan yang maha esa atas berkat rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
 Dalam penyusunan makalah  ini, tidak sedikit hambatan yang kami hadapi. Namun kami menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan materi ini tidak lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala yang penulis hadapi teratasi. Oleh karena itu kami mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu.
            Kami menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari kesempurnaan maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang dapat membangun dalam pembuatan makalah, agar menjadi lebih baik.
Semoga materi ini dapat bermanfaat dan menjadi sumbangan pemikiran bagi pihak yang membutuhkan, khususnya bagi kami  sehingga tujuan yang diharapkan dapat tercapai, Amiin.

                                                                                  Takalar,       Mei 2011

                                                                                         Penulis



DAFTAR ISI
                                                                                                     halaman
1.    Sampul ..................................................................................................................... 1
2.    Nama anggota kelompok....................................................................................... 2
3.    Kata pengantar........................................................................................................ 3
4.    Daftar isi.................................................................................................................... 4
5.    BAB I     Pendahuluan
·         Latar belakang............................................................................................. 5
·         Tujuan........................................................................................................... 5
·         Rumusan masalah..................................................................................... 5
6.    BAB II PEMBAHASAN
v  Pengertian koloid........................................................................................ 6
v  Perbedaan sispensi, larutan, dan koloid................................................ 6
v  Jenis-jenis koloid........................................................................................ 7
v  Contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari......................................... 9
v  Sifat-sifat koloid.......................................................................................... 10
v  Proses pembuatan koloid......................................................................... 13
v  Kestabilan koloid....................................................................................... 16
7.    BAB III PENUTUP
-       Kesimpulan....................................................................................................... 19
-       Saran................................................................................................................. 19
8.    Daftar pustaka........................................................................................................ 20



BAB I
PENDAHULUAN
a.    Latar belakang
Tahukah Anda mengapa pada siang hari ruangan yang tidak terkena cahaya matahari secara langsung tampak terang? Mengapa biskuit di dalam kaleng tetap kering walaupun telah lama disimpan? Zat apakah yang ditambahkan ke dalam kaleng itu? Lain pula halnya pada minyak dan zaitun jika dicampurkan menghasilkan campuran berupa susu. Campuran ini dapat menghamburkan cahaya, sedangkan air dan minyak zaitun, masing-masing dapat tembus cahaya. Perubahan apakah yang terjadi dalam sistem tersebut? Peristiwa-peristiwa di atas terjadi karena adanya sistem koloid. Apakah sistem koloid itu?

Koloid adalah salah satu jenis campuran homogen yang memiliki sifatsifat berbeda dengan larutan yang selama ini Anda ketahui. Perbedaan sifat ini disebabkan oleh ukuran partikel zat terlarut yang lebih besar dibandingkan dengan larutan. Koloid memiliki aplikasi luas mencakup banyak material yang ada di alam maupun yang dikembangkan di industri, seperti kosmetik, obat-obatan, pengolahan air minum, sampai material bangunan.

b.    Tujuan
·         Dapat mengetahui apa yang dimaksud dengan system koloid.
·         Dapat membedakan suspensi, larutan, dan koloid.
·         Dapat mengetahui jenis-jenis koloid.
·         Dapat mengetahui sifat-sifat koloid.
·         Dapat mengetahui cara pembuatan koloid.
·         Dapat mengetahui cara menstabilkan koloid.

c.    Rumusan masalah
-       Apa yang dimaksud dengan system koloid?
-       Apa perbedaan suspense, larutan, dan koloid?
-       Apa jenis-jenis koloid?
-       Apa contoh koloid dalam kehidupan sehari-hari?
-       Apakah sifat-sifat koloid?
-       Bagaimana proses pembuatan koloid?
-       Bagaimana cara menstabilkan koloid?


BAB II
SISTEM KOLOID
a.   Pengertian system koloid
Istilah koloid pertama kali diutarakan oleh seorang ilmuwan Inggris, Thomas Graham, sewaktu mempelajari sifat difusi beberapa larutan melalui membran kertas perkamen. Graham menemukan bahwa larutan natrium klorida mudah berdifusi sedangkan kanji, gelatin, dan putih telur sangat lambat atau sama sekali tidak berdifusi. Zat-zat yang sukar berdifusi tersebut disebut koloid.

Tahun 1907, Ostwald, mengemukakan istilah system terdispersi bagi zat yang terdispersi dalam medium pendispersi. Analogi dalam larutan, fase terdispersi adalah zat terlarut, sedangkan medium pendispersi adalah zat pelarut. Sistem koloid adalah suatu campuran heterogen antara dua zat atau lebih di mana partikel-partikel zat yang berukuran koloid (fase terdispersi) tersebar merata dalam zat lain (medium pendispersi).

b.   Perbedaan suspensi, larutan, dan koloid
Larutan merupakan sistem dispersi yang ukuran partikelnya sangat kecil,  sehingga tidak dapat dibedakan antara partikel dispersi dan pendispersi. Sedangkan suspensi merupakan sistem dispersi dengan partikel berukuran besar dan tersebar merata dalam medium pendispersinya.
Table perbedaan suspensi, larutan dan koloid.
Larutan
(Dispersi Molekuler)
Koloid
(Dispersi Koloid)
Suspensi
(Dispersi Kasar)
1
Homogen, tak dapat dibedakan walaupun menggunakan mikroskop
Ultra
1
Secara makroskopis bersifat homogen, tetapi heterogen jika diamati dengan mikroskop ultra
1
Heterogen
2
Semua partikel berdimensi (panjang, lebar, atau tebal) kurang dari 1 nm
2
Partikel berdimensi antara 1 nm sampai 100 nm
2
Salah satu atau semua dimensi partikelnya lebih besar dari 100 nm
3
Satu fasa
3
Dua fasa
3
Dua fasa
4
Stabil
4
Pada umumnya stabil
4
Tidak stabil
5
Tidak dapat disaring
5
Tidak dapat disaring,  kecuali dengan penyaringan ultra
5
Dapat disaring

Contoh:
larutan gula, larutan garam, spiritus, alkohol 70%, larutan cuka, air laut, udara yang bersih, dan bensin

Contoh:
sabun, susu, santan, jeli, selai, mentega, dan mayones

Contoh:
air sungai yang keruh, campuran air dengan pasir, campuran kopi dengan air, dan campuran minyak dengan air
c.   Jenis-jenis koloid
1.    AEROSOL
Sistem koloid dari partikel padat atau cair yang terdispersi dalam gas disebut aerosol. Jika zat yang terdispersi berupa zat padat, disebut aerosol padat; jika zat yang terdispersi berupa zat cair, disebut aerosol cair.
• Contoh aerosol padat: asap dan debu dalam udara.
• Contoh aerosol cair: kabut dan awan.

Dewasa ini banyak produk dibuat dalam bentuk aerosol, seperti semprot rambut (hair spray), semprot obat nyamuk, parfum, cat semprot, dan lain-lain. Untuk menghasilkan aerosol diperlukan suatu bahan pendorong (propelan aerosol). Contoh bahan pendorong yang banyak digunakan adalah senyawa klorofluorokarbon (CFC) dan karbon dioksida.

2.    SOL
Sistem koloid dari partikel padat yang terdispersi dalam zat cair disebut sol. Koloid jenis sol banyak kita temukan dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam industri.
Contoh sol: air sungai (sol dari lempung dalam air), sol sabun, sol detergen, sol kanji, tinta tulis, dan cat.

Sol mempunyai fase terdispersi padat. Sol terdiri atas
-           sol padat dengan medium pendispersi padat, contoh paduan logam, gelas berwarna, dan intan;
-           sol cair atau sol dengan medium pendispersi cair, contoh cat, tinta, tepung dalam air, tanah liat;
-           sol gas atau aerosol padat dengan mediumpendispersi gas, contoh asap, debu di udara.

3.    EMULASI
Sistem koloid dari zat cair yang terdispersi dalam zat cair lain disebut emulsi. Syarat terjadinya emulsi ini adalah dua jenis zat cair itu tidak saling melarutkan. Emulsi dapat digolongkan ke dalam dua bagian, yaitu emulsi minyak dalam air (M/A) dan emulsi air dalam minyak (A/M). Dalam hal ini, minyak diartikan sebagai semua zat cair yang tidak bercampur dengan air.
-           Contoh emulsi minyak dalam air (M/A): santan, susu, kosmetik pembersih wajah (milk cleanser) dan lateks.
-          Contoh emulsi air dalam minyak (A/M): mentega, mayones, minyak bumi, dan minyak ikan.
Emulsi terbentuk karena pengaruh suatu pengemulsi (emulgator). Contohnya adalah sabun yang dapat mengemulsikan minyak ke dalam air. Jika campuran minyak dengan air dikocok, maka akan diperoleh suatu campuran yang segera memisah jika  didiamkan. Akan tetapi, jika sebelum dikocok ditambahkan sabun atau detergen, maka diperoleh campuran yang stabil yang kita sebut emulsi. Contoh lainnya adalah kasein dalam susu dan kuning telur dalam mayones.

Emulsi mempunyai fase terdispersi cair. Emulsi terdiri atas
1.     emulsi padat atau gel dengan medium pendispersi padat, contoh keju, mentega, agar-agar;
2.     emulsi cair atau emulsi dengan medium pendispersi cair, contoh susu, mayones, dan krim tangan.
3.     emulsi gas atau aerosol cair dengan medium pendispersi gas, contoh kabut, awan, dan hairspray.

4.    BUIH
Sistem koloid dari gas yang terdispersi dalam zat cair disebut buih. Seperti halnya dengan emulsi, untuk menstabilkan buih diperlukan zat pembuih, misalnya sabun, deterjen, dan protein. Buih dapat dibuat dengan mengalirkan suatu gas ke dalam zat cair yang mengandung pembuih. Buih digunakan pada berbagai proses, misalnya buih sabun pada pengolahan bijih logam, pada alat pemadam kebakaran, dan lain-lain. Adakalanya buih tidak dikehendaki. Zat-zat yang dapat memecah atau mencegah buih, antara lain eter, isoamil alkohol, dan lain-lain.

Buih mempunyai fase terdispersi gas. Buih terdiri atas
-           buih padat dengan medium pendispersi padat, contoh batu apung, karet busa, dan styrofoam;
-           buih cair atau buih dengan medium pendispersi cair, contoh buih sabun dan putih telur.


5.    GEL
Koloid yang setengah kaku (antara padat dan cair) disebut gel. Contoh: agar-agar, lem kanji, selai, gelatin, gel sabun, dan gel silika. Gel dapat terbentuk dari suatu sol yang zat terdispersinya mengadsorpsi medium dispersinya, sehingga terjadi koloid yang agak padat.


d.    CONTOH KOLOID DALAM KEHIDUPAN
Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering menggunakan bahan-bahan kimia berbentuk koloid. Bahan-bahan kimia tersebut dibuat oleh industri. Mengapa harus koloid? Oleh karena koloid merupakan satu-satunya cara untuk menyajikan suatu campuran dari zat-zat yang tidak saling melarutkan secara “homogen” dan stabil (pada tingkat Makroskopis atau tidak mudah rusak).
                          
A. Industri Kosmetik
Bahan kosmetik, seperti foundation, pembersih wajah, sampo, pelembap badan, deodoran umumnya berbentuk koloid yaitu emulsi.

B. Industri Tekstil
Pewarna tekstil berbentuk koloid karena mempunyai daya serap yang tinggi, sehingga  dapat melekat pada tekstil.

C. Industri Farmasi
Banyak obat-obatan yang dikemas dalam bentuk koloid agar stabil atau tidak mudah rusak.

D. Industri Sabun dan Detergen
Sabun dan detergen merupakan emulgator untuk membentuk emulsi antara kotoran (minyak) dengan air, sehingga sabun dan detergen dapat membersihkan kotoran, terutama kotoran dari minyak.

E. Industri Makanan
Banyak makanan dikemas dalam bentuk koloid untuk kestabilan dalam jangka waktu cukup lama.



e.    Sifat-sifat koloid
1.    Efek tyndal
Salah satu cara yang termudah untuk mengenali koloid dengan menjatuhkan seberkas cahaya kepada objek. Larutan sejati akan meneruskan cahaya, sedangkan sistem koloid akan menghamburkan cahaya. Contoh lainnya adalah cahaya matahari yang masuk rumah melewati celah akan terlihat jelas. Hal itu dikarenakan partikel debu yang berukuran koloid akan menghamburkan sinar yang datang.

Sifat penghamburan cahaya oleh sistem koloid ditemukan oleh seorang ahli fisika Inggris, John Tyndall (1820-1893). Oleh karena itu, sifat ini disebut efek Tyndall . Efek Tyndall merupakan salah satu hal yang membedakan antara larutan sejati dan system koloid.

Efek Tyndall juga dapat menjelaskan mengapa langit pada siang hari berwarna biru sedangkan pada saat matahari terbenam, langit di ufuk barat berwarna jingga atau merah. Hal itu disebabkan oleh penghamburan cahaya matahari oleh partikel koloid di angkasa dan tidak semua frekuensi dari sinar matahari dihamburkan dengan intensitas sama.

Jika intensitas cahaya yang dihamburkan berbanding lurus dengan frekuensi, maka pada waktu siang hari ketika matahari melintas di atas kita frekuensi paling tinggi (warna biru) yang banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna biru. Sedangkan ketika matahari terbenam, hamburan frekuensi rendah (warna merah) lebih banyak dihamburkan, sehingga kita melihat langit berwarna jingga atau merah.

2. gerak brown
Telah disebutkan bahwa partikel koloid dapat menghamburkan cahaya. Jika diamati dengan mikroskop ultra, di mana arah cahaya tegak lurus dengan sumbu mikroskop, akan terlihat partikel koloid senantiasa bergerak terusmenerus dengan gerak patah-patah (gerak zig-zag). Gerak zig-zag partikel koloid ini disebut gerak Brown, sesuai dengan nama penemunya, seorang ahli biologi Robert Brown berkebangsaan Inggris.

Dalam suspensi tidak terjadi gerak Brown karena ukuran partikel cukup besar, sehingga tumbukan yang dialaminya setimbang. Partikel zat terlarut juga mengalami gerak Brown, tetapi tidak dapat diamati. Makin tinggi suhu makin cepat gerak Brown karena energi kinetik molekul medium meningkat, sehingga menghasilkan tumbukan yang lebih kuat. Gerak Brown merupakan salah satu faktor yang menstabilkan koloid. Oleh karena bergerak terus-menerus, maka partikel koloid dapat mengimbangi gaya gravitasi, sehingga tidak mengalami sedimentasi.

3. adsorpsi

Adsorpsi merupakan proses penyerapan permukaan. Hal ini dapat terjadi karena partikel koloid mempunyai permukaan yang luas, sehingga partikelpartikel yang teradsorpsi terkonsentrasi pada permukaan partikel koloid. Partikel koloid (terutama koloid sol), baik partikel netral maupun partikel bermuatan, mempunyai daya adsorpsi yang baik terhadap partikel-partikel pendispersi pada permukaannya. Sifat adsorpsi koloid ini banyak digunakan dalam berbagai proses, yaitu
-          Proses penjernihan air dapat dilakukan dengan menambahkan tawas (Al2(SO4)3) pada air. Di dalam air, Al2(SO4)3 akan terhidrolisis menjadi Al(OH)3 yang merupakan koloid. Koloid ini dapat mengadsorpsi zat pencemar dalam air serta dapat menggumpalkan lumpur.
-          Pada proses pemurnian gula pasir. Gula yang masih kotor dilarutkan dalam air panas kemudian dialirkan melewati sistem koloid yaitu tanah diatom. Akibatnya, kotoran yang terdapat pada gula akan teradsorpsi sehingga didapatkan gula yang putih bersih.
-          Pada deodoran dan anti perspiran (zat anti keringat). Anti perspiran mengandung senyawa aluminium seperti aluminium klorohidrat (Al2(OH)5Clô€‚˜2H2O) yang dapat memperkecil pori keringat. Sedangkan, deodorant mengandung seng peroksida, parfum, dan zat anti septic yang dapat menghentikan aktivitas bakteri sehingga dapat
menghilangkan bau tidak sedap.
-          Pembuatan Obat Norit
Norit adalah tablet yang terbuat dari karbon aktif. Jika diminum, di dalam usus norit membentuk sistem koloid yang dapat mengadsorpsi gas atau racun.


4. elektroforesis
Elektroforesis adalah pergerakan partikel koloid dalam medan listrik. Apabila ke dalam sistem koloid dimasukkan dua batang elektrode, kemudian dihubungkan dengan sumber arus searah, maka partikel koloid akan bergerak ke salah satu elektrode bergantung pada jenis muatannya. Koloid bermuatan negatif akan bergerak ke anode (elektrode positif), sedangkan koloid yang bermuatan positif bergerak ke katode (elektrode negatif). Dengan demikian, elektroforesis dapat digunakan untuk menentukan jenis muatan koloid.

Elektroforesis banyak digunakan dalam industri, misalnya pelapisan antikarat (cat) pada badan mobil. Partikel-partikel cat yang bermuatan listrik dioleskan pada badan mobil yang dialiri muatan listrik berlawanan dengan muatan cat. Pelapisan logam dengan cat secara elektroforesis lebih kuat dibandingkan cara konvensional seperti pakai kuas.

        5. dialisi
Dialisis adalah suatu teknik pemurnian koloid yang didasarkan pada perbedaan ukuran partikel-partikel koloid. Dialisis dilakukan dengan cara menempatkan dispersi koloid dalam kantong yang terbuat dari membrane semipermeabel, seperti kertas selofan dan perkamen. Selanjutnya merendam kantong tersebut dalam air yang mengalir. Oleh karena ion-ion atau molekul memiliki ukuran lebih kecil dari partikel koloid maka ion-ion tersebut dapat pindah melalui membran dan keluar dari sistem koloid. Adapun partikel koloid akan tetap berada di dalam kantung membran.

6. koagulasi

Penggumpalan partikel koloid disebut koagulasi Peristiwa koagulasi pada koloid dapat diakibatkan oleh peristiwa mekanis atau peristiwa kimia.

      Peristiwa mekanis
Misalnya pemanasan atau pendinginan.

Contoh:
-        Darah merupakan sol butir-butir darah merah dalam plasma darah, bila dipanaskan akan menggumpal.
-       Agar-agar akan menggumpal bila didinginkan.

      Peristiwa kimia
Di atas telah disebutkan bahwa koloid dapat distabilkan oleh muatannya. Apabila muatannya ini dilucuti maka akan terjadi penggumpalan, yaitu dengan cara :
-        Menambahkan elektrolit ke dalam sistem koloid tersebut. Koloid yang bermuatan negatif akan menarik ion positif (kation), sedangkan koloid yang bermuatan positif akan menarik ion negatif (anion). Ion-ion tersebut akan membentuk selubung lapisan ke dua. Apabila selubung lapisan kedua ini terlalu dekat maka selubung ini akan menetralkan muatan koloid sehingga terjadi koagulasi. Makin besar muatan ion makin kuat daya menariknya dengan partikel koloid, sehingga makin cepat terjadi koagulasi.
-        Dengan sel elektroforesis. Apabila arus listrik dialirkan cukup lama ke dalam sel elektroforesis, maka partikel koloid akan digumpalkan ketika mencapai elektrode. Koloid yang bermuatan negative akan digumpalkan di anode, sedangkan koloid bermuatan positif digumpalkan di katode.

Beberapa contoh koagulasi dalam kehidupan sehari-hari:
1.     Pembentukan delta di muara sungai , terjadi karena koloid tanah liat (lempung) dalam air sungai mengalami koagulasi ketika bercampur dengan elektrolit dalam air laut.
2.       Asap atau debu dari pabrik dapat digumpalkan dengan alat koagulasi listrik Cottrel.
3.       Karet dalam lateks digumpalkan dengan menambahkan asam format.

f.     Proses pembuatan koloid
Sistem koloid dapat dibuat secara langsung dengan mendispersikan suatu zat ke dalam medium pendispersi. Selain itu juga dapat dilakukan dengan mengubah suspensi menjadi koloid atau dengan mengubah larutan menjadi koloid. Cara tersebut dilakukan dengan mengubah ukuran partikel zat terdispersi, yaitu cara dispersi dan cara kondensasi.

Cara dispersi dilakukan dengan memperkecil ukuran partikel koloid, sedangkan cara kondensasi dilakukan dengan memperbesar ukuran partikel.


1. Cara dispersi
a. Cara mekanik (dispersi langsung)
Butir-butir kasar diperkecil ukurannya dengan menggiling atau menggerus koloid sampai diperoleh tingkat kehalusan tertentu, kemudian diaduk dengan medium pendispersi.
Contoh:
Sol belerang dibuat dengan menggerus serbuk belerang bersama-sama suatu zat inert (seperti gula pasir) kemudian mencampur serbuk halus itu dengan air.

b. Homogenisasi
Dengan menggunakan mesin homogenisasi.
Contoh:
-       emulsi obat di pabrik obat dilakukan dengan proses homogenisasi.
-       Pembuatan susu kental manis yang bebas kasein dilakukan dengan mencampurkan serbuk susu skim ke dalam air dengan menggunakan mesin homogenisasi.

c. Peptisasi
Dengan cara memecah partikel-partikel besar menjadi partikel koloid, misalnya suspensi, gumpalan atau endapan dengan bantuan suatu zat pemeptisasi (pemecah).
Contoh:
Agar-agar dipeptisasi oleh air, nitroselulaosa oleh aseton, karet oleh bensin, dan lainlain. Endapan NiS dipeptisasi oleh H2S dan endapan Al(OH)3 oleh AlCl3.

d. Busur bredig
Cara ini digunakan untuk membuat sol-sol logam. Logam yang akan dikoloidkan dijadikan elektrode yang dicelupkan ke dalam medium dispersi. Kemudian diberi arus listrik yang cukup kuat sehingga terjadi loncatan bunga api listrik di antara kedua ujungnya. Mula-mula atom-atom logam akan terlempar ke dalam air, kemudian atomatom tersebut mengalami kondensasi sehingga menjadi partikel koloid. Cara ini
merupakan gabungan cara dispersi dan kondensasi.




2. Cara kondensasi
a. Reaksi hidrolisis
Hidrolisis adalah reaksi suatu zat dengan air. Reaksi ini umumnya digunakan untuk membuat koloid-koloid basa dari suatu garam yang dihidrolisis. Contoh: Pembuatan sol Fe(OH)3 dari hidrolisis FeCl3. Dengan cara memanaskan larutan FeCl3 (apabila ke dalam air mendidih ditambahkan larutan FeCl3 akan terbentuk sol Fe(OH)3.
FeCl3(aq) + 3H2O              Fe(OH)3(s) + 3HCl(aq)

b. Reaksi redoks
Reaksi yang disertai perubahan bilangan oksidasi. Koloid yang terjadi merupakan hasil oksidasi atau reduksi.
Contoh:
Pembuatan sol belerang dari reaksi antara hidrogen sulfida (H2S) dengan belerang dioksida (SO2), yaitu dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan SO2.   
    2H2S(g) + SO2(aq)             2H2O(l) + 3S(s)

c. Pertukaran ion
Reaksi pertukaran ion umumnya dilakukan untuk membuat koloid dari zat-zat yang sukar larut (endapan) yang dihasilkan pada reaksi kimia.
Contoh:
Pembuatan sol As2S3 dengan mengalirkan gas H2S ke dalam larutan As2O3 dengan reaksi berikut.
3H2S(g) + As2O3(aq)             As2S3(s) + 3H2O(l)



g.    Kestabilan koloid

Koloid merupakan sistem dispersi yang relatif kurang stabil dibandingkan larutan. Untuk menjaga kestabilan koloid dapat dilakukan cara-cara sebagai berikut :

1.     Menghilangkan muatan koloid
Koagulasi dapat dipecah dengan menghilangkan muatan dari koloid tersebut. Pada pembuatan suatu koloid, sering terdapat ion-ion yang dapat mengganggu kestabilan koloid tersebut. Proses penghilangan muatan koloid ini dilakukan dengan proses dialisis. Dalam proses ini, sistem koloid dimasukkan ke dalam suatu kantong koloid (terbuat dari selaput semipermeabel, yang dapat melewatkan partikel-partikel kecil, seperti ion atau molekul sederhana tetapi menahan partikel koloid), kemudian kantong ini dimasukkan ke dalam bejana yang berisi air mengalir. Ion-ion akan keluar dari kantong dan terbawa aliran air.

Salah satu pemanfaatan proses dialysis adalah alat pencuci darah (Haemodialisis). Pada proses ini darah kotor dari pasien dilewatkan dalam pipa-pipa yang terbuat dari membrane semipermeabel. Pipa semipermeabel ini dialiri cairan yang berfungsi sebagai pencuci (biasanya plasma darah), ion-ion dalam darah kotor akan terbawa aliran plasma darah.
Gambar  proses dialisis











2) Penambahan Stabilisator Koloid
Dengan menambahkan suatu zat ke dalam suatu sistem koloid dapat menstabilkan koloid, misalnya penambahan emulgator dan koloid pelindung.

a. Emulgator
Emulgator adalah zat yang ditambahkan ke dalam suatu emulsi (koloid cair dalam cair atau cair dalam padat). Emulgator merupakan senyawa organik yang mengandung kombinasi gugus polar dan non polar sehingga mampu mengikat zat polar (air) dan zat non polar.

Salah satu emulsi yang kita kenal sehari-hari adalah susu, dimana lemak terdispersi dalam air. Susu mengandung kasein yaitu suatu protein yang berfungsi sebagai zat pengemulsi. Jika susu menjadi masam, akibat laktosa (gula susu) teroksidasi menjadi asam laktat, kasein akan terkoagulasi dan tidak dapat menstabilkan emulsi lagi. Akibatnya lemak dan kasein akan terpisah dari susu. Coba anda amati peristiwa tersebut dengan membiarkan susu dalam suatu wadah transparan menjadi masam ! Apa yang anda lihat ? Peristiwa ini banyak dimanfaatkan dalam industri obat-obatan dan kosmetika, seperti dalam pembuatan salep, cream, lotion, dan minyak ikan. Contoh lainnya adalah penambahan amonia dalam pembuatan emulsi pada kertas film.

b. Koloid Pelindung
Koloid pelindung merupakan koloid yang ditambahkan ke dalam system koloid agar menjadi stabil. Misalnya penambahan gelatin pada pembuatan es krim dengan maksud agar es krim tidak cepat memisah sehingga tetap kenyal, serta penambahan gum arab pada pembuatan semir, cat dan tinta dapat bertahan lama karena menggunakan koloid pelindung.

b. Koloid liofil dan liofob
Koloid yang memiliki medium dispersi cair dibedakan atas koloid liofil dan koloid liofob. Berdasarkan interaksi antara partikel terdispersi dengan medium pendispersinya.
-       Koloid liofil adalah koloid yang fase terdispersinya suka menarik medium pendispersinya, yang disebabkan gaya tarik antara partikel-partikel terdispersi dengan medium pendispersinya kuat.
-       Koloid liofob adalah sistem koloid yang fase terdispersinya tidak suka menarik medium pendispersinya.

Bila medium pendispersinya air maka koloid liofil disebut koloid hidrofil, sedangkan koloid liofob disebut koloid hidrofob.
Contoh:
Koloid hidrofil : sabun, detergen, agar-agar, kanji, dan gelatin. Koloid hidrofob : sol belerang, sol-sol sulfida, sol Fe(OH)3, sol-sol logam. Koloid liofil/hidrofil lebih kental daripada koloid liofob/hidrofob. Sol hidrofil tidak akan menggumpal pada penambahan sedikit elektrolit. Zat terdispersi dari sol hidrofil dapat dipisahkan dengan pengendapan atau penguapan. Apabila zat padat tersebut dicampurkan kembali dengan air maka dapat membentuk kembali sol hidrofil (bersifat reversibel). Sebaliknya , sol hidrofob akan terkoagulasi pada penambahan sedikit elektrolit. Sekali zat terdispersi sudah dipisahkan , tidak akan membentuk sol lagi jika dicampur kembali dengan air.




BAB III
PENUTUP
a.    Kesimpulan
-          Koloid adalah campuran dengan ukuran partikel berkisar antara 1 nm – 100 nm. Jadi, koloid tergolong campuran heterogen dan merupakan sistem dua fasa, yaitu fasa pendispersi (pelarut) dan fasa terdispersi (terlarut).
-           Sistem koloid dapat dikelompokkan menjadi delapan kelompok berdasarkan pada jenis fasa terdispersi dan fasa pendispersinya, yaitu aerosol, sol, sol padat, aerosol, emulsi, emulsi padat, buih, dan buih padat.
-           Macam-macam sifat koloid adalah efek Tyndall, gerak Brown, muatan koloid, koloid pelindung, dan dialisis.
-           Efek Tyndall adalah penghamburan berkas cahaya oleh partikel-partikel koloid.
-           Gerak Brown adalah gerak partikel koloid yang terus-menerus dengan gerakan patahpatah (gerak zig-zag).
-           Koloid pelindung terjadi apabila ada penambahan koloid lain untuk menstabilkan suatu koloid.
-           Koloid liofil terjadi apabila terdapat gaya tarik-menarik yang cukup besar antara zat terdispersi dengan mediumnya.
-           Koloid liofob terjadi apabila gaya tarik-menarik antara zat terdispersi dengan mediumnya cukup lemah.
-           Pembuatan koloid dengan cara kondensasi, yaitu partikel larutan sejati (molekul atau ion) bergabung menjadi partikel koloid.
-         Pembuatan koloid dengan cara dispersi, yaitu partikel kasar dipecah menjadi partikel koloid.

b.    Saran
Menurut kami, pembelajaran seperti ini sebaiknya sering dilakukan karena dengan melalui pembelajaran pembuatan makalah seperti ini dapat meningkatkan kreativitas siswa dan juga siswa tersebut dapat menemukan sendiri hal-hal yang belum ia ketahui.



DAFTAR PUSTAKA

·         Justiana,Sandri dan Muchtaridi. 2009.Kimia 2. Jakarta : Yudhistira
·         Modul kimia. Hayati tumbuh subur
·         Permana,Irvan.2009. Memahami Kimia SMA/MA Kelas XI. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
·         Sudarmo,Unggul. 2005. Kimia untuk SMA kelas XI. Surakarta : Erlangga
·         Sunarya,Yayan dan Setiabudi,Agus. 2009.Mudah dan Aktif Belajar Kimia Kelas XI SMA/MA. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
·         Sutresna,Nana. 2007. Cerdas Kimia untuk Kelas XI SMA/MA. Bandung : Grafindo Media Pratama
·         Sutrisna dan Listiana, Lisa. 2006. Spektrum KIMIAuntuk SMA/Ma Kelas XI IPA. Bandung : Sinergi
·         Utami,Budi. Dkk . 2009. Kimia untuk SMA dan MA Kelas XI Program Ilmu alam. Jakarta : Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional
·         Wiyarsi,Antuni.2009.Mari belajar Kimia untuk SMA-MA Kelas XI IPA. Jakarta: Pusat Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional

Tidak ada komentar:

Posting Komentar